Game singleplayer, seperti Black Myth: Wukong, Elden Ring, dan The Legend of Zelda: Tears of the Kingdom, adalah jenis game yang dimainkan sendiri, dengan fokus pada gameplay atau alur cerita yang mendalam. Sementara itu, game couch co-op seperti Halo dan A Way Out adalah game kooperatif yang dimainkan secara offline di satu layar.
Menurut survei MiDia Research, sebagaimana dilansir Kompas.com, ada beberapa alasan mengapa game PvP populer di kalangan Gen-Z. Anak muda cenderung tertarik dengan interaksi sosial dan kompetisi yang ditawarkan game PvP, sehingga mereka enggan beralih ke game singleplayer.
Perbedaan Preferensi Game Berdasarkan Usia Gamer
Gamer muda dan gamer lebih tua memiliki preferensi yang berbeda dalam memilih jenis game. Gamer yang lebih tua, terutama yang berusia 55 tahun ke atas, lebih menyukai game singleplayer, dengan 74 persen dari mereka memilih game tanpa komponen online.
Hanya 22 persen yang menyukai game PvP, dan 33 persen menyukai game couch co-op. Preferensi ini juga terlihat pada gamer berusia 25-54 tahun, di mana 41 persen gamer berusia 25-34 tahun, 49 persen gamer 35-44 tahun, dan 65 persen gamer 45-54 tahun lebih menyukai game singleplayer.
Game couch co-op mulai kehilangan popularitas di kalangan gamer di atas 35 tahun, meskipun mereka tumbuh dengan bermain game tersebut saat kecil. Secara keseluruhan, 53 persen responden lebih memilih game singleplayer, sementara game PvP tetap menjadi favorit di kalangan Gen-Z. Meskipun game PvP seperti Fortnite, League of Legends, dan Roblox sukses, pasar game PvP mulai jenuh, memberi ruang bagi game singleplayer.
Analis MiDia Research menyarankan pengembang game untuk merilis game singleplayer pada waktu yang strategis, ketika tidak ada game online baru dirilis, sehingga mereka dapat lebih bersinar saat pemain mulai bosan dengan PvP.